Senin, 23 Mei 2016

HISTORIS KOTA SURABAYA


Surabaya adalah kota pahlawan yang memiliki banyak sejarah termasuk dalam penamaan nama Surabaya itu sendiri. Terdapat beberapa versi cerita tentang sejarah bagaimana nama Surabaya itu terbentuk. Sejarah yang pertama yaitu dari legenda masyarakat yang diturunkan dari mulut ke mulut dimana pada cerita tersebut diceritakan bahwa Suro (ikan hiu) dan Boyo (buaya) adalah dua hewan yang sering berkelahi lantaran memperebutkan mangsa. Keduanya sama – sama ganas dan cerdik hingga pada akhirnya mereka lelah dengan perkelahian dan membuat sebuah perjanjian dimana ikan Suro memiliki wilayah laut dan Boyo memiliki wilayah darat, sebagai batasan yaitu tempat yang dicapai oleh air laut pada waktu pasang surut. Perkelahian berhenti mulai dari kesepakatan tersebut hingga pada akhirnya ikan Suro melanggar dengan mencari mangsa di sungai dimana Boyo menganggap bahwa sungai sudah termasuk wilayah daratan bukan lautan. Terjadilah perkelahian yang sangat sengit antara keduanya hingga pada akhirnya setelah terluka parah ikan Suro kembali ke lautan dan Boyo merasa puas karena telah mampu mempertahankan daerah kekuasaannya. Namun tak berselang lama, diketahui bahwa keduanya ditemukan mati karena luka parah bekas perkelahian. Untuk mengenang kejadian tersebut masyarakat menamakan daerah sekitar perkelahian tersebut dengan nama “Surabaya”. Kemudian dibuatlah sebuah patung yang berbentuk ikan hiu dan buaya identik seperti cerita masyarakat yang diceritakan. Patung Suro dan Boyo ini dibuat oleh seorang seniman patung dan dosen Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta yang bernama Sigit Margono. Kini Patung Suro dan Boyo telah menjadi landmark Kota Surabaya.
Sejarah yang kedua menceritakan bahwa Surabaya berasal dari kata Sura dan Baya. Sura berarti jaya atau selamat dan Baya berarti bahaya. Jadi, Surabaya berarti selamat dari bahaya. Bahaya yang dimaksud adalah serangan tentara Tar-Tar yang hendak menghukum Raja Jawa.Seharusnya yang dihukum adalah Kertanegara, karena Kertanegara sudah tewas terbunuh, maka Jayakatwang yang diserbu oleh tentara Tar-tar. Setelah mengalahkan Jayakatwang orang-orang Tar-Tar merampas harta benda dan puluhan gadis-gadis cantik untuk dibawa ke Tiongkok. Raden Wijaya tidak terima diperlakukan sepereti ini. Dengan siasat yang jitu, Raden Wijaya menyerang tentara Tar-Tar di pelabuhan Ujung Galuh hingga mereka menyingkir kembali ke Tiongkok. Selanjutnya, dari hari peristiwa kemenangan Raden Wijaya inilah ditetapkan sebagai hari jadi Kota Surabaya.

Namun ada sejarah lain yang juga menceritakan seperti perpaduan antara sejarah yang pertama dengan sejarah yang kedua yaitu dimana bukti - bukti sejarah menunjukkan bahwa Surabaya sudah ada sebelum periode kolonialisme, sebagaimana disebutkan dalam prasasti Trowulan I, tahun 1358 M. Dalam prasasti itu diungkapkan bahwa Surabaya adalah sebuah desa di perbatasan sungai Brantas sebagai salah satu tempat penyeberangan penting sepanjang sungai Brantas. Surabaya juga disebutkan dalam Negara Kertagama Pujasastra ditulis oleh Prapanca yang menceritakan tentang perjalanan besar Baginda Hayam Wuruk pada tahun 1365, di Pupuh XVII (bait-5, baris terakhir). Meskipun bukti-bukti tertulis kuno menyebutkan bahwa nama Surabaya muncul tahun 1358 M (prasasti Trowulan) & 1365 M (Negara Kertagama), para ahli menyarankan bahwa Surabaya sudah ada sebelum itu tahun. Berdasarkan Hipotesis Von Faber, Surabaya telah didirikan pada tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara sebagai tempat tinggal baru bagi prajuritnya yang berhasil dalam memerangi pemberontakan Kemuruhan di 1270 M. Versi lain dari hipotesis yang mengatakan bahwa nama Surabaya berasal dari cerita tentang hidup dan mati Adipati Jayengrono dalam perang Sawunggaling. Namun, setelah tentara Tartar dikalahkan, Raden Wijaya membangun sebuah istana di Ujung Galuh dan menempatkan Adipati Jayengrono untuk memimpin wilayah itu. Saat ia telah mengendalikan kekuasaan Buaya (Ilmu Buaya), ia menjadi kuat dan kemerdekaan, sehingga mengancam kedaulatan Majapahit. Untuk Jayengrono, Sawunggaling telah dikirim ke belajar Sura Power (Ilmu Sura). Kompetisi supranatural telah dilakukan dalam tujuh hari dan tujuh malam dan berlangsung tragis, karena keduanya punya tak berdaya. Kata “Surabaya” juga telah didefinisikan secara filosofis sebagai berjuang, simbolis antara air dan tanah. Selain itu, dari kata Surabaya juga mengungkapkan tentang mitos Suro (ikan hiu) dan Boyo (Buaya) perang, yang membuat banyak saran bahwa nama Surabaya muncul setelah perang itu. 

Unknown

About Unknown

I'm just beliebers

Subscribe to this Blog via Email :